Red Campred Inspiration

Red Campred Inspiration

Kamis, 12 Mei 2011

Epidemiologi DIFTERI Part I

Perjalanan Alamiah Penyakit


 DIFTERI






Prepatogenesis

Penyakit difteri tersebar diseluruh dunia, terutama di negara miskin, yang penduduknya tinggal pada tempat-tempat pemukiman yang rapat, higiene dan sanitasi jelek, dan fasilitas kesehatan yang kurang.
Orang-orang yang beresiko tinggi terkena penyakit difteri adalah : 1) tidak dapat imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap; 2) immonucopromised, seperti sosial ekonomi yang rendah, populasi anak jalanan, pemakai obat imunosupresif, penderita HIV, diabetis militus, pecandu alkohol dan narkotika; 3) tinggal pada tempat-tempat yang padat seperti rumsh tahanan (penjara), rumah penampungan; 4) Sedang melakukan perjalanan (travel) ke daerahdaerah yang sebelumnya merupakan endemik difteri.


Inkubasi

Manusia merupakan satu-satunya resevoir dari infeksi difteri Basil C.Dyphtheriae penyebab difteri akan menginfeksi saluran nafas. Masa inkubasi difteri pada umunya 2-5 hari (range 10 hari). Pada difteri kutan adalah 7 hari sesudah infeksi primer pada kulit.


Penyakit Dini

Tanda pertama pada penyait difteri biasanya seperti sakit tenggorokan , demam dan gejala yang menyerupai pilek biasa. Saat C. Dyphtheriae masuk ke dalam hidung atau mulut, basil tumbuh dan berkembang pada mukosa saluran nafas bagian atas terutama daerah tonsil, faring ,laring ,kadang-kadang di kulit, konjungtiva atau genital. Basil ini kemudian  mengeluarkan toxin atau racun , yang diabsorpsi melewati membran sel mukosa, yang menyebabkan terjadinya peradangan dan destruksi sel epitel. Kemudian penetrasi dan inerferensi dengan sintesa protein bersama –sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim penghancur terhadap Nicotinamide Adenine Dinucleutide (NAD) dengan membentuk formasi sehingga transferase adenosine difosforilase tidak aktif. Sintesa protein terputus karena enzin dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dari RNA dengan memperpanjang rantai polipeptide , akibatnya terjadi nekrosis jaringan. Pada daerah nekrosis ini terbentuk fibrin, kemudian diinfiltrasi oleh sel lekosit, keadaan ini yang menyebabkan terbentuk eksudat yang mula-mula masih dapat terkelupas.


Penyakit Lanjut

Pada keadaan lebih lanjut, toksin yang diproduksi oleh basil ini semakin meningkat, menyebabkan daerah nekrosis semakin bertambah luas dan bertambah dalam, sehingga menimbulakan terbentuknya fibrous exudate (membran palsu) yang terdiri atas jaringan nekrotik, fibrin, sel epitel, sel leukosit, dan eritrosit, berwarna abu-abu sampai hitam. Membran ini sukar terkelupas, kalau dipaksa lepas akan menimbulkan perdarahan. Membran ini terbentuk pada tonsil.faring,laring, dan pada keadaan berat bisa mengelupas sampain ke trakea, kadang-kadang bronkus, kemudian diikuti edema soft tissue di bawah mukosanya. Keadaan ini dapat menimbulkan obstruksi saluran pernafasan sehingga perlu tindakan segera.




Akhir Penyakit

Akhir dari penyakit berbeda-beda tergantung jenis difterinya. Pada Difteri tonsil dan faring, di kasus ringan membran akan menghilang antara 7-10 hari dan penderita tampak sehat ; pada kasus sangat berat ditandai dengan gejala-gejala toksemia berupa lemah, pucat, nadi cepat dan kecil, stupor, koma dan meninggal dalam 6-10 hari; pada kasus sedang,penyembuhannya lambat disertai komplikasi seperti miokarditis dan neuritis.
 Pada Difteri Laring kasus ringan dengan diberikanantitoksin, gejala obstruksi akan hilang dan membran hilang dalam 6-10 hari. Pada kasus berat terjadi penyumbatan yang diikuti dengan anoksemia yang ditandai gelisah, sianosis, lemah, koma, dan meninggal.dapat menimbulkan sumbatan aliran pernafasan sehingga dapat menyebabkan kematian.



Cara Penularan





Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Virus difteri bisa muncul dari anak yang tidak diimunisasi sejak kecil. Difteri disebarkan dari kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri atau  dapat melalui udara yang tercemar oleh carrier difteri. Basil ini ditularkan melalui kontak langsung dari percikan ludah batuk , bersin , atau berbicara dengan penderita. Dapat pula  tertular tidak dengan kontak langsung tapi melalui debu , baju , buku , mainan , benda atau makanan yang telah terkontaminasi oleh basil. Kontak tidak langsung ini dapat terjadi karena basil ini cukup resisten terhadap udara panas , dingin , kering , dan than hidup pada debu , mutah selama 6 bulan. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar