Pengertian Difteri
Difteri adalah suatu penyakit yang dikarenakan infeksi akut yang terjadi secara lokal pada mukosa saluran pernafasan atau kulit, yang dikarenakan terjangkit basil gram positif penghasil racun yaitu Corynebacterium diphtheriae (C. diphtheriae). Difteri berasal dari bahasa Yunani yang berarti kulit. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh seorang dokter dari Prancis yang bernama Arman Trousseau pada tahun 1855. Difteri termasuk penyakit menular. Ditandai oleh terbentuknya eksudat yang berbentuk membran pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala umum yang sistemik dan efek sistemik yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil ini. Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada kulit,konjungtiva, genitalian dan telinga.
Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit difteri ini adalah basil Corynebacterium diphtheriae. Basil ini disebut juga basil Klebs-Loffler karena ditemukan pertama kalinya tahun 1884 oleh basilologist dari Jerman yaitu Edwin Klebs dan Friedrich Loffler . Basil ini termasuk jenis batang garam positif , pleomorfik , tersusun berpasangan (palisade) tidak bergerak , tidak membentuk spora (kapsul) , aerobik dan dapat memproduksi eksotoksin. Bentuknya seperti pali (pembesaran pada salah satu ujungnua) , diameternya 0,11 mm dan panjangnya beberapa mm. Basil ini tumbuh pada medium tertentu , seperti medium loeffler , medium tellurite , medium fermen glukosa , tindale agar. Pada medium Loffler basil ini tumbuh dengan cepat membentuk koloni-koloni kecil, granular , berwarna hitam dan dilingkari warna abu-abu coklat. Basil ini paling sering dijumpai pada medium yang mengandung penghambat tertentu , yang memperlambat pertumbuhan mikroorganisme lain (medium tellurite). Pada media tellurite C.Dyptheriae yang dpat memproduksi eksotoksin , dibedakan menjadi 3 : koloni mitis , yang bentuk koloninya kecil , halus , warna hitam, konveks dan dapat menyebabkan terjadinya hemolisis eritrosit ; koloni gravis , kolninya besar , kasar ireguler , berwarna abu-abu dan dan tidak menimbulkan hemolisis ada eritrosit ; koloni intermediate , koloninya kecil , halus , mempunyai bintik kecil ditengahnya dan dapat menimbulakan hemolisis eritrosit. C,Dyptheriae adalah mikroorganisme yang tidak invasif , hanya menyerang bagian superfisial dari saluran pernafasan dan kulit yang menyebabkan terjadinya peradangan lokal dan diikuti nekrosis jaringan.Lebih sering menyerang anak-anak. Basil ini biasanya menyerang bagian saluran pernafasan terutama laring , amandel dan tenggorokan. Tapi tak jarang, racub juga dapat menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung.
Tanda dan Gejala
. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi.
Secara umum gejala mulai timbul dalam waktu 1-4 hari seteah terinfeksi. Gejala awal yang ditimbulkan 1) demam dan panas tinggi sekitar 38ยบC, 2) mual-mual dan mutah, 3) Terbentuk selaput atau membran yang tebal,berbintik, berwarna hijau kecoklatan atau keabu-abuan di kerngkongan sehingga sukar sekali untuk menelan dan tersa sakit , 4) tenggorokan terasa sakit jika menelan makanan, batuk keras, dan suara parau, 5) denyut jantungnya cepat, 6) Rinorea, berlendir kadang bercampur darah, 7) bila difteri bertambah parah, tenggorokan menjadi bengakak sehingga menyebabkan penderita sesak nafas, bahkan yang lebih emmbahayakan lagi, dapat pula menutup sama sekali jalan nafas, 8) kelenjar akan membesar dan nyeri di sekita leher, 9) kadang-kadang telinga menjadi terasa sakit akibat peradangan, 10) dapat pula menyebabkan radang pembungkus jantung sehingga penderita dapat meni ggal secara mendadak.
Pada serangan difteri akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati , basil , dan bahan lainnya. Membran in tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepas secara paksa , maka membran di bawahnya akan berdarah. Membran ini enyebab penyempitan saluran udara atau secra tiba-tiba dapat terlepas dan menyumbat saluran udara , sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas. Berdasarkan gejala dan ditemukannya membran inilah diagnosis ditegakan.
Menurut tingkat keparahannya , difteri dibagi menjadi 3 tingkat : 1) infeksi ringan, dengan karkateristik apabila pseudomembrane hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya pilek dan nyeri pada waktu menelan ; 2) infeksi sedang, dengan karakteristik apabila pseudomembrane telah menyerang sampai faring dan laring sehingga keadaan pasien terlihat lesu dan agak sesak ; 3) infeksi berat, dengan karakteristik apabila terjadi sumbatan nafas yang berat dan adanya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh eksotoksin seperti miokarditis , paralsi dan nefritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar